SANGATTA  – Kutai Timur (Kutim) akan merealisasikan panen padi sawah nusantara (PPSN) 1 juta hektare yang ditarget tahun ini. Untuk memaksimalkan hal itu, Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman memerintahkan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kutim, agar segera menginventarisasi hal-hal penting guna mendukung peningkatan produksi hasil panen untuk setiap komoditas pertanian ketika melakukan kunjungan ke setiap kecamatan.

“Inventarisasi semua yang krusial. Misalnya soal persawahan, hortikultura maupun tanaman lain. Terutama persawahan, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat,” kata bupati.

Menanggapi hal ini, Kepala DTPHP Kutim Dyah Ratnaningrum mengatakan, bantuan telah melaksanakan inventarisasi dan evaluasi pada beberapa wilayah di Kutim. Hal utama mengenai syarat umur petani yang rata-rata berusia tua atau sudah sepuh. Mengingat, akan berdampak pada sulitnya petani mengelola areal lahan yang luas.

“Rata-rata petani sudah sepuh. Tidak lagi produktif membuka lahan yang luas dengan tenaga yang terbatas. Generasi muda tidak ada yang berminat menjadi petani. Mereka lebih memilih bekerja di perusahaan tambang dan perkebunan,” ungkapnya.

Apalagi ketika musim tanam, tak semua areal lahan tertanam sepenuhnya. Sehingga dibutuhkan alat pertanian modern berupa  traktor tangan , agar dapat memaksimalkan luasan lahan pertanian yang ada.

“Sekarang, kami memiliki beberapa alat pertanian, yang mampu mengolah lahan seluas setengah hektare dalam waktu dua jam,” bebernya.

Namun, untuk mencapai target yang maksimal, permintaan akan menambah beberapa alat pertanian modern untuk membantu petani. Pola yang akan diterapkan dalam mendorong produksi beras pada beberapa wilayah di Kutim, dengan menggunakan indeks pertanaman 300 (IP-300).

“Bisa diterapkan di kecamatan di Kutim yang memiliki sawah dengan luasan besar. Seperti Kaubun, Kongbeng, Long Mesangat, dan Kaliorang,” ujarnya.

Dia memastikan, perlindungan kini fokus pada petani di Desa Selangkau, Kecamatan Kaliorang, yang memiliki luas sawah hingga 650 hektare lebih.

“Tapi, yang bisa digarap hanya 36 hektare saja. Sudah ada beberapa kelompok yang kami dekati. Mereka mampu meningkatkan IP-300,” terangnya.

Apabila rata-rata petani hanya dapat memanen sebanyak dua kali dalam setahun, dengan IP 300, akan terjadi peningkatan panen hingga tiga kali dalam setahun.

“Dengan penerapan pola dan penambahan peralatan modern dalam menunjang produktivitas panen di Kutim,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *