Kepala Dinas Pariwisata Kutim Nurullah

Liputankaltim.com, SANGATTA – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) saat ini tengah gencar-gencarnya meningkatkan perekonomian masyarakat, baik dalam perdagangan maupun pariwisata yang dimiliki, Namun keduanya harus berkolaborasi.

Kepala Dinas Pariwisata Kutim Nurullah menuturkan pariwisata tidak akan jalan tanpa adanya sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Pemerintah juga tidak dapat secara langsung turun kelapangan untuk memantau.

“Kita pemerintah tidak bisa langsung turun ke lapangan, untuk membersihkan, atau sebagai yang jaga karcis misalnya, atau yang lainnya,” ucapnya.

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim telah melakukan pelatihan Desai pengemasan produk wisata, workshop, dan penguatan Pokdarwis desa wisata.

Dari pelatihan tersebut, ia berharap agar ada perubahan tren wisata di Kutim. Seperti pengembangan wisata yang dapat menarik minat wisatawan luar.

Karena berdasarkan informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada September mendatang akan menjadi tahun kunjungan pariwisata.

“Para pokdarwis diberikan materi berkaitan langkah pengembangan desa wisata, diberikan arahan tentang menjual paket wisata. Kita harus bisa menggali potensi sebagai nilai jual wisata. Sehingga para tamu dapat merasa sensasi setelah dari tempat kita,” paparnya.

Dengan adanya wisatawan dari luar desa atau kecamatan maka perputaran ekonomi kerakyatan dapat berjalan. Menurut Ardiansyah dalam desa wisata yang menjadi hal terpenting ialah bagaimana caranya masyarakat sekitar harus hidup.

“Pada dasarnya Pemkab Kutim sangat mendukung pariwisata yang ada. PR besar kita ialah infrastruktur itu semua pelan pelan kita benahi karena memang masuk dalam program kepemimpinan kita menata kembali untuk semua,” tambahnya.

Desa wisata sebagai wadah langsung bagi masyarakat akan kesadaran adanya potensi dan terciptanya Sapta Pesona juga sebagai unsur kemitraan Pemda dalam upaya perwujudan dan pengembangan kepariwisataan. Untuk membangun desa wisata harus memperhatikan nilai lokal yang terkandung didalamnya karena hal tersebut menjadi kata kunci.

“Desa wisata itu berbeda dengan daya tarik wisata karena mengembangkan desa wisata harus memperhatikan seluruh kawasan dan komponen didalamnya seperti ekosistem jadi bukan hanya terfokus pada satu atraksi saja,” tandasnya.(adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *