Penyaluran kredit ke pertambangan berhasil menunjukkan pertumbuhan hingga 21,74 persen year on year (yoy) pada triwulan III 2024. Meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,39 persen yoy. Menyumbang pertumbuhan kredit yang signifikan di Bumi Etam.
Kenaikan tersebut sejalan dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertambangan yang mencapai 5,65 persen (yoy). “Sementara itu, pangsa kredit sektor pertambangan tetap signifikan, mencapai 21,79 persen dari total penyaluran kredit,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kaltim Budi Widihartanto akhir pekan lalu.
Meski demikian, pertumbuhan kredit di sektor industri pengolahan justru mengalami kontraksi sebesar 24,48 persen (yoy), seiring dengan melambatnya pertumbuhan PDRB sektor tersebut. “Sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan yang lebih moderat sebesar 2,98 persen (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,31 persen yoy,” lanjut Budi.
Meski di tengah pertumbuhan kredit yang tinggi, risiko kredit di Kaltim terjaga rendah. Tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet di sektor pertambangan masih berada di bawah 1 persen yakni 0,95 persen. Hal ini mengindikasikan kualitas aset perbankan di Kaltim cukup baik.
“Tingkat NPL sektor industri pengolahan dan pertanian turut terjaga rendah, dengan nilai masing-masing 0,19 persen dan 0,10 persen. Lebih lanjut, tingkat NPL sektor konstruksi juga terjaga rendah yakni 3,38 persen di bawah threshold NPL (5 persen),” sambungnya.
Secara spasial, penyaluran kredit di hampir seluruh kabupaten/kota di Kaltim juga mengalami pertumbuhan. Kutai Timur (Kutim) menjadi juara dengan pertumbuhan kredit tertinggi mencapai 38,42 persen (yoy), diikuti Berau 20,28 persen (yoy) dan Kutai Kartanegara (Kukar) 8,49 persen (yoy).
Walau pertumbuhan kredit di beberapa daerah alami perlambatan, Budi menyebut jika masih tergolong positif. Seperti Paser yang tumbuh 5,04 persen (yoy), Samarinda yang naik menjadi 11,98 persen (yoy) setelah triwulan sebelumnya tercatat hanya 7,23 persen (yoy).
“Perlambatan penyaluran kredit terjadi di Balikpapan dan Kutai Barat, masing-masing tumbuh negatif 2,83 persen (yoy) dan 0,38 persen (yoy). Penajam Paser Utara 10,22 persen (yoy) tercatat tetap stabil, sementara Mahakam Ulu sedikit melambat menjadi 0,08 persen (yoy) pada triwulan III 2024,” paparnya.
Meski Kutim, Berau dan Kukar catatkan tren apik, penyaluran kredit masih terkonsentrasi di Balikpapan dan Samarinda dengan total share 45,36 persen dari total penyaluran kredit. Kedua kota ini menjadi pusat kegiatan ekonomi sehingga memiliki porsi penyaluran kredit yang lebih besar dibanding daerah lain.
Pertumbuhan kredit yang positif di Kaltim, terutama didorong oleh sektor pertambangan, menjadi sinyal positif bagi perekonomian daerah. Namun, perlu diingat bahwa tantangan masih ada, seperti melambatnya pertumbuhan di sektor industri pengolahan.(adv/ary)