Desa Teluk Pandan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi panggung kemegahan budaya Nusantara dalam Festival Budaya Desa Teluk Pandan, yang berlangsung selama tiga hari, 13-15 Desember 2024, di Taman Bersemi, Kecamatan Teluk Pandan. Mengusung tema “Merajut Warisan, Merangkai Masa Depan Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa,” festival ini menjadi bukti nyata harmoni keberagaman di tengah masyarakat majemuk.

Ribuan masyarakat hadir memadati lokasi acara, mengenakan pakaian adat khas daerah masing-masing. Mereka menyaksikan penampilan seni budaya dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sulawesi, Kalimantan, Jawa, hingga Sumatra dan lainnya. Tak hanya warga, acara ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, seperti Bupati Kutai Timur H Ardiansyah Sulaiman bersama istri Ny Hj Siti Robiah, serta para legislator Kalimantan Timur (Kaltim) asal Kutai Timur (Kutim). Di antaranya Arfan, Agusriansyah, dan Agus Aras. Turut hadir pula tokoh masyarakat seperti Mahyunadi, Camat Teluk Pandan M Anwar, para ketua RT, perwakilan perusahaan, hingga tokoh agama dan pemuda.

Dalam sambutannya, Kades Teluk Pandan Andi Herman Fadli, menegaskan bahwa festival ini bertujuan melestarikan seni dan budaya tradisional yang kian tergerus zaman.

“Di Teluk Pandan, semua suku bangsa Indonesia ada. Maka dari itu, Teluk Pandan bisa dibilang majemuk,” ujar Andi.

Ia menekankan pentingnya keberagaman sebagai kekuatan, sekaligus menyoroti kebersamaan warga yang tetap terjaga meski berbeda latar belakang dan pilihan politik.

“Buktinya, sebelum hingga pasca-Pemilukada, meskipun berbeda pilihan, Teluk Pandan tetap damai,” tambah Andi yang lantas memyampaikan terima kasih kepada seluruh warga desanya.

Camat Teluk Pandan M Anwar turut memgapresiasi Festival Budaya Teluk Pandan kali ini. Menurutnya cikal baka festival ini sudah ada sejak lama. Hanya saja saat ini dikemas lebih baik dan merakyat.

Sementara itu Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman, juga mengapresiasi langkah inovatif Desa Teluk Pandan yang mampu mengharmonikan pembangunan dengan pelestarian budaya.

“Modal kita di Indonesia adalah keberagaman. Karena keberagaman itulah, Indonesia bisa berdiri dan berwarna,” katanya seraya mengingatkan pentingnya pelestarian budaya yang ada di Teluk Pandan sebagai gerbang masuk Kabupaten Kutim.

Ia memuji penyelenggara yang mengangkat sejarah dan budaya desa sebagai pondasi kegiatan, seraya menegaskan sinergi ini dengan misi pembangunan Kutim yang turut mendorong pelestarian budaya demi kemajuan daerah.

Salah satu daya tarik utama festival adalah Tarian Sere Bissu Magiri, sebuah tarian tradisional yang berasal dari Suku Bugis, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Tarian ini, yang mencerminkan keharmonisan antara unsur tradisi dan spiritualitas, menjadi penutup sempurna sebelum Bupati dan rombongannya bertolak menuju Sangkulirang.

Festival Budaya Desa Teluk Pandan telah menjelma menjadi ikon budaya tahunan yang tidak hanya mempromosikan kekayaan seni tradisional, tetapi juga mengukuhkan Desa Teluk Pandan sebagai miniatur keberagaman Indonesia yang tetap rukun dan damai. Di tengah arus modernisasi, festival ini menjadi pengingat bahwa budaya adalah perekat dan pemersatu bangsa yang harus terus dijaga dan dilestarikan. (adv/ary)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *