Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menerapkan Kurikulum Merdeka hampir semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP.
Penerapan kurikulum tersebut kini sudah mencapai 95 persen, mencakup wilayah perkotaan hingga daerah terpencil di Kutim.
Tak hanya menerapkan kurikulum baru, Disdikbud juga membagikan jaringan internet gratis di sekolah-sekolah di berbagai kecamatan, khususnya untuk area yang kesulitan mendapatkan sinyal, atau dikenal dengan istilah blank spot.
Solusi yang digunakan adalah jaringan satelit, seperti Starlink, yang menggantikan jaringan dari provider lokal seperti Telkomsel dan Indihome.
“Jadi sekarang tidak lagi menggunakan jaringan dari Telkomsel atau provider lain. Semua sudah menggunakan jaringan satelit,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Disdikbud Kutim, Abbas Husaini.
Abbas menjelaskan bahwa program internet gratis ini sepenuhnya didanai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kutim dan ditujukan untuk sekolah negeri.
Fasilitas ini diharapkan bisa membantu guru-guru dalam mengakses materi pembelajaran dan literatur online yang diperlukan siswa.
“Internet ini memang khusus untuk sekolah negeri di Kutim. Alasannya karena para guru negeri memiliki tuntutan untuk menyelesaikan e-Kinerja, e-Absensi, dan Program Merdeka Mengajar (PMM). Semua karya guru diunggah di internet untuk mendapatkan penilaian. Jadi, internet gratis ini fokusnya untuk sekolah negeri dulu. Untuk sekolah swasta, mungkin akan diprogramkan tahun depan,” tambahnya.
Namun, di balik manfaatnya, Abbas menyebut adanya sisi negatif yang ditemukan di lapangan. Menurutnya, sebagian besar guru lebih banyak menghabiskan waktu mengunggah kegiatan untuk memenuhi tuntutan administrasi digital, sedangkan fokus pembelajaran hanya mencapai 20 persen.
“Dari Kementerian Pendidikan sendiri menekankan agar internet gratis ini dimanfaatkan dengan baik, terutama untuk mendukung proses belajar-mengajar, bukan sekadar mengunggah laporan,” kata Abbas.(adv/ary)