SANGATTA – Semenjak terjadi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PKK) pada sapi, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mulai mengalami kekurangan.

Khususnya pada perayaan hari raya dan lainnya, karena sapi yang didatangkan harus melewati masa karantina selama kurang lebih 24 hari.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Holtikultura dan Peternakan Kutim, Dyah Ratnaningrum menjelaskan 14 hari karantina keberangkatan, 14 hari karantina saat tiba.

“Hal itu sudah dilakukan sejak tahun 2022 lalu, sejak maraknya penyakit PMK di Pulau Jawa, sehingga kita lakukan pemesanan di Sulawesi, tapi tetap di karantina juga,” ucapnya.

Untuk menjaga ketersediaan sapi agar tidak mengalami penurunan populasi, pihaknya akan menggiatkan program inseminasi buatan (IB) secara massal.

Dyah menerangkan, bahwa IB ini dilakukan tidak hanya untuk menjaga populasi sapi, akan tetapi meningkatkan juga perkembang biakan sapi.

“Tahun ini kita belum ada peluang untuk mendatangkan bibit sapi, karena PMK berapa waktu lalu. Oleh karenanya kita akan lakukan IB besar-besaran,” ujarnya.

Berdasarkan data, ada sekitar 19 ribu sapi di Kabupaten Kutim. Ada enam ribu sapi yang sudah diberikan vaksin, empat ribu diantaranya adalah sapi betina.

Sehingga besar kemungkinannya masih banyak sapi-sapi betina yang belum terdata, dan harus segera mendapatkan vaksin PMK.

“IB ini bukan yang pertama dalam peternakan, sudah menjadi hal yang biasa. Tetapi dalam beberapa tahun belakangan program ini belum bisa maksimal,” terangnya.

IB sendiri jauh lebih baik dari perkawinan alami sapi, sebab dengan IB maka bibit yang disuntikkan itu jelas bibit unggul.

Sehingga meskipun indukan jantan dan betina hanya sapi lokal, anaknya nanti pasti akan lebih bagus. Oleh karenanya IB akan digencarkan tahun ini.

“Namun, IB ini tidak semata-mata kita lakukan pada sapi betina saja. Sebab hanya waktu tertentu, di mana sapi itu bisa dilakukan IB,” jelasnya.

Itulah yang nantinya akan disosialisasikan oleh pihaknya agar para peternak tahu kapan sapi bisa di IB, dan bisa memanggil petugas untuk melakukan IB.

Karena sudah mengetahui keunggulannya, maka IB pada sapi sudah sangat biasa bagi peternak, bahkan tidak mau sapinya dikawinkan secara alami.

“Sebab, saat sapi lahir, bisa diambil sebagai bibit, harganya sudah jauh beda. Bibit sapi IB nilainya bisa mencapai Rp9 juta,” paparnya.

Berbeda dengan yang hasil kawin alami paling mahal dihargai kurang lebih Rp7 juta.

Ket foto: Proses Inseminasi Buatan yang akan mulai digencarkan pada sapi-sapi di Kutim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *